Perbedaan antara jamu, obat herbal terstandar (OHT) dan fitofarmaka mencerminkan evolusi dan tingkat kompleksitas dalam pengembangan obat tradisional di Indonesia.
Jamu, sebagai bentuk obat tradisional paling sederhana, mengandalkan pembuktian ilmiah yang terbatas, didasarkan pada bukti empiris atau turun temurun dan tidak mewajibkan standarisasi bahan baku.
Sebaliknya, OHT menandai langkah lebih maju dengan standarisasi bahan baku dan produk jadi serta pembuktian khasiat dan keamanan melalui uji praklinik dan uji klinik pada manusia.
Untuk penjelasan lebih lanjut, silahkan baca dibawah ini.
Perbedaan Jamu, OHT dan Fitofarmaka
Ciri ciri Jamu
Pembuktian ilmiah terbatas
Jamu, sebagai bentuk obat tradisional, memiliki pembuktian ilmiah yang terbatas.
Khasiat dan keamanan jamu didasarkan pada pengalaman empiris yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi.
Tidak melibatkan uji klinik atau praklinik yang canggih seperti pada obat-obatan modern, pembuktian ilmiah jamu lebih bersifat praktis dan mengandalkan pengamatan langsung terhadap penggunaan tradisional.
Sederhana & tidak wajib standarisasi bahan baku
Jamu memiliki tingkat standarisasi yang rendah dibandingkan dengan obat herbal terstandar atau fitofarmaka. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan jamu tidak diwajibkan untuk dilakukan standarisasi.
Meskipun begitu, bahan baku ini tetap harus memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan oleh Farmakope atau Peraturan Kepala Badan.
Oleh karena itu, meskipun proses produksinya lebih sederhana, mutu bahan baku jamu tetap dijaga sesuai dengan norma yang berlaku.
Klaim tidak berlebihan
Dikarenakan pembuktian ilmiah jamu yang bersifat terbatas, klaim yang dapat diajukan untuk jamu harus memperhatikan tingkat pembuktiannya.
Klaim untuk jamu seringkali dirumuskan secara hati-hati agar tidak berlebihan, dengan menyertakan kalimat-kalimat seperti “membantu” atau “secara tradisional digunakan.”
Hal ini mencerminkan pendekatan yang lebih hati-hati dalam menyampaikan manfaat yang mungkin diberikan oleh jamu, tanpa mengklaim efek secara pasti yang mungkin tidak dapat didukung oleh bukti ilmiah yang memadai.
Ciri Ciri Obat Herbal Terstandar (OHT)
Standarisasi bahan baku
Obat Herbal Terstandar (OHT) memiliki ciri khas dalam proses standarisasi bahan bakunya. Hal ini melibatkan pengujian dan pengontrolan ketat terhadap kualitas bahan baku yang digunakan. Misalnya, OHT akan mengukur kadar zat aktif tertentu, seperti quercetin dalam ekstrak jambu biji.
Standarisasi ini dilakukan untuk memastikan bahwa setiap produksi OHT menghasilkan sediaan dengan kandungan yang konsisten, sehingga khasiat dan keamanannya dapat diandalkan.
Pembuktian Khasiat dan keamanan melalui uji pre-klinik
OHT tidak hanya mengandalkan bukti empiris atau turun temurun. Sebaliknya, pembuktian khasiat dan keamanannya dilibatkan melalui uji praklinik yang lebih canggih.
Uji toksisitas dan farmakodinamik pada hewan uji seperti mencit atau kelinci menjadi bagian penting dalam mengevaluasi efek dan keamanan produk ini sebelum diuji pada manusia.
Pendekatan ini memastikan bahwa OHT tidak hanya aman tetapi juga memiliki efek yang diinginkan dalam kondisi kontrol yang lebih ketat.
Logo berupa jari-jari daun (3 pasang) terletak dalam lingkaran
Simbol ini mencerminkan tingkat standarisasi dan kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan jamu. Tiga pasang jari-jari daun yang terletak dalam lingkaran menunjukkan bahwa OHT telah melewati proses standarisasi bahan baku dan memiliki kualitas yang dapat diandalkan.
Meskipun masih berada pada tingkat medium dibandingkan dengan fitofarmaka, logo ini menggambarkan bahwa OHT adalah produk obat herbal yang memiliki bukti ilmiah dan standar produksi yang lebih ketat daripada jamu konvensional.
Logo ini juga memberikan kepercayaan kepada konsumen bahwa produk ini telah melewati proses pengujian dan standarisasi yang ketat.
Ciri ciri Fitofarmaka
Standarisasi produk jadi dan uji klinik
Fitofarmaka, sebagai kategori obat herbal yang lebih maju, menekankan standarisasi tidak hanya pada bahan baku tetapi juga pada produk jadi.
Proses produksi Fitofarmaka melibatkan kontrol kualitas melalui serangkaian pengujian untuk memastikan bahwa setiap unit produk memiliki kandungan aktif yang konsisten.
Selain itu, pembuktian khasiat dan keamanan fitofarmaka mencakup uji klinik pada manusia setelah melewati uji praklinik. Uji klinik ini memberikan bukti ilmiah yang kuat tentang efektivitas dan keamanan produk pada populasi manusia.
Pembuktian khasiat dan keamanan tinggi
Fitofarmaka menetapkan standar pembuktian yang tinggi, termasuk uji klinik pada manusia. Uji klinik memastikan bahwa produk tidak hanya aman, tetapi juga memberikan manfaat yang signifikan dalam pengobatan atau pencegahan penyakit.
Tingkat pembuktian yang tinggi ini memberikan keyakinan kepada konsumen dan profesional kesehatan terkait efikasi dan keamanan fitofarmaka, sehingga klaim yang dapat diajukan berada pada level medium hingga tinggi.
Logo berupa jari-jari daun yang membentuk bintang dalam lingkaran
Simbol bintang yang terbentuk oleh jari-jari daun dalam lingkaran mencerminkan tingkat standarisasi dan bukti ilmiah yang sangat tinggi.
Bintang menunjukkan bahwa fitofarmaka bukan hanya produk herbal biasa tetapi obat herbal dengan kualitas dan pembuktian yang paling tinggi di antara ketiga kategori ini.
Logo ini memberikan identitas visual yang kuat dan menegaskan bahwa fitofarmaka telah melalui proses pengujian dan standarisasi yang ketat untuk memastikan kualitas dan keamanannya yang optimal.